Sains dan agama mewakili dua
sistem besar pemikiran manusia. Bagi kebanyakan orang, agama memberikan
pengaruh yang dominan terhadap perilaku kehidupan mereka. Ketika sains
berdampingan dengan kehidupan mereka, ia berhimpitan tidak pada pada tingkat
intelektual, namun secara praktis, melalui teknologi. Terlepas dari pemikiran
religius dalam kehidupan sehari-hari khalayak publik, sebagian besar institusi
kita secara pragmatis diatur dengan agama, lantaran ia terlibat dalam segala
urusan.
Dalam dunia industry dan
teknologi , di mana pengaruh dan keberhasilan sains sangat mencolok, terdapat
suatu kemerosotan tajam dalam berafiliasi dengan institusi-institusi penting
keagamaan . setiap saintis akan memverifikasi bahwa, jika agama telah hilang
dari kesadaran manusia, maka agama itu pasti akan digantikan oleh pemikiran
saintifik rasional. Karena sains, terlepas dari pengaruhnya yang sangat luas
terhadap kehidupan kita pada tingkat praktis, sulit dipahami dan tak dapat
diakses oleh khalayak publik. Yang lebih relevan dengan kemerosotan sikap religious
ialah fakta bahwa sains, melalui
teknologi, telah mengubah kehidupan kita bagitu radikal sehingga agama-agama
tradisional mungkin terlihat tidak memiliki sikap cekatan yang diperlukan untuk
memberikan bantuan yang nyata dalam mengatasi persoalan-persoalan personal dan
sosial kontemporer. Hal itu bukan karena sains akhirnya telah memenangkan
pertarungannya yang telah berlangsung lama dengan agama, tetapi karena ia telah
me-reorientasikan masyarakat kita begitu radikal sehingga perspektif
Kitab-Kitab Suci tentang dunia sekarang tampak sangat tidak relevan.
Agama-agama besar dunia, yang
didasarkan pada kebijaksanaan dan dogma yang telah diterima, berakar di masa
lalu dan tidak gampang mengatasi zaman yang terus berubah. Fleksibilitas yang
diungkap dengan tergesa-gesa telah memungkinkan agama untuk menggabungkan beberapa aspek baru dari
pemikiran modern. Akibatnya, banyak orang beriman yang kecewa yang kemudian
berpaling ke agama-agama ‘pinggiran’ yang tampaknya lebih selaras dengan era
Perang Bintang dan microchips.
Peningkatan besar popuaritas kultus yang dikaitkan dengan UFO, ESP,
kontak-kontak spirit, Scientology, meditasi transedental dan kepercayaan yang
didasarkan pada teknologi lainnya membuktikan daya tarik keyakinan dan dogma
agama yang terus berlanjut dalam masyarakat rasional dan saintifik secara
superfisial. Meskipun gagasan-gagasan sinting ini memiliki landasan ilmiah,
gagasan-gagasan tersebut tanpa rasa malu sangat tidak rasional, meminjam
istilah Christopher Evans (1974): “kultus-kultus yang tidak masuk akal”.
Masyarakat berpaling ke kultus-kultus tersebut bukan demi pencerahan
intelektual, melainkan demi ketenangan spiritual dalam sebuah dunia yang keras
dan tak menentu. Jadi, sains telah menyerbu kehidupan, bahasa dan agama kita,
tetapi tidak pada tingkat intelektual.
Baik sains maupun agama memiliki
dua wajah: intelektual dan sosial. Dalam kedua kasus tersebut, dampak sosial
lebih banyak dikehendaki. Sains dapat meringankan kesengsaraan penyakit dan
untuk hiburan dan kesenangan kita, tetapi ia juga menimbulkan senjata-senjata
pemusnah massal yang menakutkan dan secara serius memerosokkan taraf kehidupan.
Selama ini bagian terbesar dari sejarah manusia,
laki-laki dan perempuan berpaling ke agama bukan hanya demi petunjuk moral,
tetapi juga demi jawaban-jawaban atas berbagai pertanyaan fundamental tentang
eksistensi. Bagaimana alam semesta tercipta dan bagaimana ia akan berakhir?
Bagaimana asal-muasal kehidupan dan umat manusia? Hanya dalam beberapa abad
terakhir sains mulai memberikan kontribusinya terhadap masalah-masalah semacam
itu. Benturan-benturan yang ditimbulkannya telah terdokumentasikan dengan baik.
Mulai dari awal di tangan Galileo, Copernicus dan Newton, kemudian Darwin dan
Einstein, hingga era komputer dan teknologi tinggi, sains modern telah
memberikan pandangan yang dingin dan kadangkala mengancam banyak kepercayaan
agama yang sudah berurat-akar. Karena itu, muncullah perasaan bahwa sains dan
agama tidak dapat didamaikan dan saling bertentangan.
Posting Komentar