Tak terasa masa bakti Mevrow tinggal 1 tahun lagi. Entah mengapa siang itu Mevrow sempatkan pulang untuk menemuiku. Di teras rumahku ini Mevrow menceritakan kehidupannya di negeri eden, dia mengatakan bahwa negeri itu sangatlah luar biasa, negeri itu merubah hidupnya. 

      “Di sana aku mengerti siapa diriku dam, aku sekarang lebih mengerti hakikat kehidupan,waktu,persahabatan,ketulusan,Tuhan,dan yang paling penting aku baru tau kalau kebahagiaan itu sebenarnya sederhana” ceritanya kepadaku. Selintas dalam pikirku jangan-jangan sohibku satu ini kembali minum Jhonny walker lagi. Ya wajar saja aku cemas, dia itu kan sahabatku.

        Aku bahagia sekali melihat perubahan demi perubahan pada diri sohibku ini. Aku jadi teringat kata-kata Cak Ali “Hidup itu memang berharga hingga terlalu berharga untuk disia-siakan walau sedetikpun untuk hal-hal yang tak berarti atau bahkan untuk hal-hal yang buruk”.

       Pelan-pelan aku merenungi maksud perkataan Mevrow tentang sederhananya sebuah kebahagiaan.

        "Apa benar bahagia itu sederhana?" tanyaku dalam hati..seharusnya ya,

     “sekarang orang mensyaratkan bahagia dengan materi (fisik),sehingga yang didapat hanyalah kesenangan,bukan kebahagiaan” cetus cak ali dalam memoriku.

        Banyak orang yang salah menilai antara kesenangan dan kebahagiaan. Menurut Mevrow kesenangan itu hanyalah sesaat (tidak bertahan lama) dan umumnya dipersyaratkan dengan materi (fisik) sedangkan kebahagiaan itu tanpa syarat atau dipersyaratkan dengan non materi (non fisik). Analogi simpelnya sih kesenangan itu ibarat ‘bungkus’ dan kebahagiaan adalah ‘isi’nya. Contohnya kekayaan itu isinya ketentraman, makan enak itu isinya gizi,energi dan kesehatan,  buku itu isinya pengetahuan, dunia itu isinya akhirat, kehidupan itu isinya kematian.

       Bagaimana cara kita mendapatkan kebahagiaan?,, beberapa hal yang dapat dilakukan seperti  Ikhlas, merasa cukup , rendah hati, dan yang paling penting yaitu bersyukur atas segala sesuatu yang digariskan Allah Azza wa Jalla.

        “Itu masih belum cukup, dam” cetus Mevrow, menurut Mevrow yang harus kita lakukan ketika ingin menjadi manusia yang bahagia adalah penghambaan kepada sang pencipta yaitu dengan jalan ketaatan dan ketakwaan.

         “Kok bisa gitu,Vrow?” tanyaku penasaran

      “logika sederhananya begini dam, ketika kita semakin mendekatkan diri kepada sang pencipta maka tingkat pengharapan kita untuk kesempatan baik menjadi lebih tinggi, pengharapan akan berbanding lurus dengan positive thinking yang mana menjadikan diri kita lebih bahagia dalam memandang setiap permasalahan hidup” Jawab Mevrow

         “Oalah gitu to Vrow, Jadi itu hidup bahagia itu ternyata sederhana ya” sahutku.

         Sekembalinya Mevrow dari rumahku, Aku sempatkan sore hariku untuk sedikit refreshing jalan-jalan keliling kampung. Ketika melewati lapangan sepakbola Aku melihat dek Sigmund sedang bermain petak umpet dengan teman-temannya. Aku melihat mereka berlarian,berkumpul, bermain dan tertawa bersama dengan riangnya, “ternyata bahagia itu sederhana” gumamku dalam benak.
  (Bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar