PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Tanah adalah bagian
yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas mineral dan bahan organik. Tanah
juga didefinisikan sebagai akumulasi tubuh tanah alam bebas, menduduki sebagian
besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat
sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup
yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan
relief tertentu selama jangka waktu
tertentu pula. Tanah merupakan salah satu penunjang yang membantu kehidupan
semua mahluk hidup yang ada di bumi. Ilmu tanah sebagai ilmu pengetahuan
alam yang masih muda, sehingga masih belum
lengkap untuk menampung semua
persoalan teori dan praktek dengan memuaskan.
Untuk membahas ilmu ini dapat ditempuh dua jalan yang berbeda
dalam sudut pandangnya adalah :
Pedologi : ilmu tanah yang mempelajari tanah sebagai suatu
bagian dari alam yang berada dipermukaan bumi, yang menekankan
hubungan antara tanah itu sendiri dengan faktor pembentuknya.
Edaphologi : ilmu tanah yang mempelajari tanah sebagai suatu alat produksi pertanian yaitu yang mempelajari tanah sebagai alat dengan hubungannya pada tanaman.
Edaphologi : ilmu tanah yang mempelajari tanah sebagai suatu alat produksi pertanian yaitu yang mempelajari tanah sebagai alat dengan hubungannya pada tanaman.
Dalam
kenyatannya sebagian besar dari tanah yang ada
dipermukaan bumi ini dipergunakan sebagai usaha
pertanian, maka dapat dikatakan bahwa tanah
adalah alat produksi yang menghasilkan
berbagai produk pertanian. Sehingga tanah merupakan
komponen hidup dari lingkungan yang
penting, yang dimanipulasi untuk mempengaruhi tanaman
dengan memperhatikan sifat fisik, kimia dan
biologinya.
Pada dasarnya, tanah merupakan tubuh
alam. Namun demikian, banyak tanah yang memperlihatkan tanda-tanda pengaruh
antropogen. Sebagai contoh struktur tanah berubah-ubah karena lalu lintas,
susunan kimia tanah berubah karena irigasi dan pemupukan. Struktur sendiri
merupakan susunan zarah-zarah tanah yang saling berikatan, membentuk agregat
dengan bantuan bahan sementasi/perekat (misalnya humus, kapur, oksida
besi/aluminium, dan sekresi/ekskresi tumbuhan dan jasad renik. Oleh karena itu,
struktur tanah merupakan bagian dari sifat fisik tanah.
A. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan struktur tanah
2.
Apa saja macam-macam struktur tanah
3.
Apa yang dimaksud profil dan solum tnah
C . Tujuan
1.
Untuk mengetahui yang dimaksud dengan struktur tanah
2.
Untuk mengetahui yang dimaksud macam-macam struktur tanah
3.
Untuk mengetahui yang dimaksud profil dan solum tanah
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Struktur tanah merupakan gumpalan
kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan ini terjadi karena butir-butir pasir,
debu dan lempung terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan
organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini
mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan yang berbeda-beda. Tanah yang
dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain
(disebut lepas, misalnya tanah pasir) atau yang saling melekat menjadi satu
satuan yang padu (kompak) dan disebut massive atau pejal( Hardjowigeno,1987).
Selanjutnya menurut Hardjowigeno (1987), tanah yang berstruktur baik mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan dengan rapat. Akibatnya pori-pori tanah banyak terbentuk, di samping itu tanah tidak mudah rusak sehingga pori-pori tanah tidak cepat tertutup bila terjadi hujan.
Selanjutnya menurut Hardjowigeno (1987), tanah yang berstruktur baik mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan dengan rapat. Akibatnya pori-pori tanah banyak terbentuk, di samping itu tanah tidak mudah rusak sehingga pori-pori tanah tidak cepat tertutup bila terjadi hujan.
Partikel-partikel primer di dalam
tanah tergantung dalam suatu kelompok yang dinamakan sebagai agregat tanah,
yang merupakan satuan dasr struktur tanah. Agregat terbentuk diawali dengan
suatu mekanisme yang menyatukan pertikel-partikel primer membentuk kelompok
atau gugus (cluster) dan dilanjutkan dengan adanya sesuatu yang dapat mengikat
menjadi lebih kuat (sementasi) (Baroto dan Siradz, 2006).
Struktur tanah merupakan sifat fisik
tanah yang menggambarkan susunan keruangan partikel-partikel tanah yang
bergantung satu dengan yang lain membentuk agregat. Dalam tinjauan morfologi,
struktur tanah diartikan sebagai susunan partikel-partikel primer menjadi satu
kelompok partikel (cluster) yang disebut agregat, yang dapat dipisah-pisahkan
kembali serta mempunyai sifat yang berbeda dari sekumpulan partikel primer yang
tidak teragregasi (Wiyono et al., 2006).
Struktur tanah dipengaruhi oleh
kandungan bahan organik, perharaan, kation, dan mikroorganisme. Bila terjadi
kerusakan pada tanah maka diperlukan perbaikan tanah agar tanaman dapat tumbuh
dengan baik, seperti pada tanah podzolik dilakukan dengan memperbaiki kandungan
organiknya, meningkatkan unsur hara seperti fosfor dari oksida Fe dan Al,
selain itu juga memperbaiki sifat fisik dan struktur tanahnya dan membentuk
senyawa kompleks dengan unsur mikro sehingga mengurangi proses pencucian sulfur
(Anonim, 2005).
Pada dasarnya struktur tanah adalah
kondisi fisik yang berbeda dari bahan awalnya dan dapat berhubungan dengan
proses-proses pembentukan tanah. Untuk tanah tersebut menggambarkan struktur
dalam profil tanah yang terbaik adalah untuk memeriksa seberapa jauh mengenali
unit structural yang lebih besar (Kohnke. 1986).
Struktur tanah dapat dibagi ke dalam
tiga bentuk yaitu berbutir tunggal, massif, dan beragregat. Apabila keseluruhan
partikel tanah saling lepas satu sama lain, seperti yang dapat kita jumpai pada
tanah berkelas tekstur pasir, struktur tanahnya dikatakan berbutir tunggak.
Dalam pustaka lama, masih disebut sebagai tanah yang tidak bertekstur atau
berbutir lepas. Sebaliknya apabila partikel-partikel tanah saling beriaktan
kuat, maka struktur tanahnya disebut massif (Indranada, 1986).
Fase padat tanah terdiri dari
partikel dengan ukuran terkumpul bersama dalam jalan yang berbeda-beda. Hasil
struktur dan ukuran, bentuk dan penyusun dari agregat-agregat dapat menjadi
terpisah selama terjadi keretakan dan permukaan alami dari kelemahan yang
dicatat sebagai dasar karakteristik tanah. Agregat adalah bentuk dan ukuran
yang irregular tetapi tidak pernah dibedakan meskipun ada alasan untuk
membedakannya, yaitu kekerasan yang sama (Marshall dan Holmes, 1978).
Struktur tanah adalah penyusunan zarah-zarah tanah
individual satu terhadap yang lain menjadi suatu pola. Struktur tanah adalah
susunan pori-pori tanah kecil, sedang dan besar dalam suatu pola .Struktur
tanah bukan merupakan faktor tumbuh tanama tetapi berpengaruh terhadap semua
factor pertumbuhan tanaman, seperti dalam hal pemasokan air,aerasi,
ketersediaan hara, kegiatan mikrobia,penembusan akar dll. (Dwi Priyo
Ariyanto,2010
BAB
III
PEMBAHASAN
A . Sruktur Tanah
Struktur tanah merupakan sifat fisik
tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung
satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis.
Struktur tanah berhubungan dengan
cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain. Di
dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel pasir dan debu dipegang bersama
pada agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus dan kalsium. Ruang kosong
yang besar antara agregat (makropori) membentuk sirkulasi air dan udara juga
akar tanaman untuk tumbuh ke bawah pada tanah yang lebih dalam. Sedangkan
ruangan kosong yang kecil ( mikropori) memegang air untuk kebutuhan tanaman.
Idealnya bahwa struktur disebut granular.
Struktur tanah yang baik adalah mengandung udara dan air dalam jumlah cukup dan
seimbang serta mantap. Struktur seperti ini hanya terdapat pada ruang pori-pori
besar dengan perbandingan yang sama antara pori-pori makro dan mikro serta
tahan terhadap kekuatan tetesan air hujan. Selain itu struktur yang baik
mempunyai perbandingan antara padatan, air dan udara yang sama.
Pengaruh struktur dan tekstur tanah
terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara langsugung. Struktur tanah yang
remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan
produksi persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah
yang padat. Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh
pada tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman makanan
ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan
perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per satuan
waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya
intersepsi akar pada setiap pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada
tanah remah. Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal
pada tanah yang berpori, dibandiangkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi
tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti
tanah berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar
untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami
kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak
berkembang dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan
salah satu faktor utama pembentuk agregat tanah.
Kedalaman atau solum, tekstur, dan
struktur tanah menentukan besar kecilnya air limpasan permukaan dan laju
penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah bersolum dalam (>90 cm), struktur
gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian besar air hujan terinfiltrasi ke
dalam tanah dan hanya sebagian kecil yang menjadi air limpasan permukaan
(longsor). Sebaliknya, pada tanah bersolum dangkal, struktur padat, dan
penutupan lahan kurang rapat, hanya sebagian kecil air hujan yang terinfiltrasi
dan sebagian besar menjadi aliran permukaan (longsor).
B
. Pembentukan Agregat
Menurut Gedroits (1955) ada dua
tingkatan pembentuk agregat tanah, yaitu:
1. Kaogulasi koloid tanah (pengaruh
Ca2+) kedalam agregat tanah mikro
2. Sementasi (pengikat) agregat
mikro kedalam agregat makro.
Teori pembentukan tanah berdasarkan
flokulasi dapat terjadi pada tanah yang berada dalam larutan, misal pada tanah
yang agregatnya telah dihancurkan oleh air hujan atau pada tanah sawah. Menurut
utomo dan Dexter (1982) menyatakan bahwa retakan terjadi karena pembengkakan
dan pengerutan sebagai akibat dari pembasahan dan pengeringan yang berperan
penting dalam pembentukan agregat.
Dapat diambil kesimpulan bahwa
agregat tanah terbentuk sebagai akibat adanya interaksi dari butiran tunggal,
liat, oksioda besi/ almunium dan bahan organik. Agregat yang baik terbentuk
karena flokuasi maupun oleh terjadinya retakan tanah yang kemudian dimantapkan
oleh pengikat (sementasi) yang terjadi secara kimia atau adanya aktifitas
biologi.
C . Faktor Yang Mempengaruhi
Pembentukan Agregat
1. Bahan Induk
Variasi penyusun tanah tersebut
mempengaruhi pembentukan agregat-agregat tanah serta kemantapan yang terbentuk.
Kandungan liat menentukan dalam pembentukan agregat, karena liat berfungsi
sebagai pengikat yang diabsorbsi pada permukaan butiran pasir dan setelah
dihidrasi tingkat reversiblenya sangat lambat. Kandungan liat > 30% akan
berpengaruh terhadap agregasi, sedangakan kandungan liat < 30% tidak
berpengaruh terhadap agregasi.
2. Bahan organik tanah
Bahan organik tanah merupakan bahan
pengikat setelah mengalami pencucian. Pencucian tersebut dipercepat dengan
adanya organisme tanah. Sehingga bahan organik dan organisme di dalam tanah
saling berhubungan erat.
3. Tanaman
Tanaman pada suatu wilayah dapat
membantu pembentukan agregat yang mantap. Akar tanaman dapat menembus tanah dan
membentuk celah-celah. Disamping itu dengan adanya tekanan akar, maka
butir-butir tanah semakin melekat dan padat. Selain itu celah-celah tersebut
dapat terbentuk dari air yang diserp oleh tnaman tesebut.
4. Organisme tanah
Organisme tanah dapat mempercepat
terbentuknya agregat. Selain itu juga mampu berperan langsung dengan membuat
lubang dan menggemburkna tanaman.Secara tidak langsung merombak sisa-sisa
tanaman yang setelah dipergunakan akan dikeluarlan lagi menjadi bahan pengikat
tanah.
5. Waktu
Waktu menentukan semua faktor
pembentuk tanah berjalan. Semakin lama waktu berjalan, maka agregat yang
terbentuk pada tanah tersebut semakin mantap.
6. Iklim
Iklim berpengaruh terhadap proses
pengeringan, pembasahan, pembekuan, pencairan. Iklim merupakan faktor yang
sangat berpengaruh terhadap pembentukan agregat tanah.
D. Macam Macam Struktur Tanah
1. Struktu tanah berbutir
(granular): Agregat yang membulat, biasanya diameternya tidak lebih dari 2 cm.
Umumnya terdapat pada horizon A yang dalam keadaan lepas disebut “Crumbs” atau
Spherical.
2. Kubus (Bloky): Berbentuk jika
sumber horizontal sama dengan sumbu vertikal. Jika sudutnya tajam disebut kubus
(angular blocky) dan jika sudutnya membulat maka disebut kubus membulat (sub
angular blocky). Ukuranya dapat mencapai 10 cm.
3. Lempeng (platy): Bentuknya sumbu
horizontal lebih panjang dari sumbu vertikalnya. Biasanya terjadi pada tanah
liat yang baru terjadi secara deposisi (deposited).
4. Prisma: Bentuknya jika sumbu
vertikal lebih panjang dari pada sumbu horizontal. Jadi agregat terarah pada
sumbu vertikal. Seringkali mempunyai 6 sisi dan diameternya mencapai 16 cm.
Banyak terdapat pada horizon B tanah berliat. Jika bentuk puncaknya datar
disebut prismatik dan membulat disebut kolumner.
Penyipatan strukur tanah meliputi 3
hal yaitu bentuk, tingkat perkembangan dan ukuran.
Bentuk struktur tanah dibedakan
menjadi :
1. Lempeng (platy) : sumbu vertikal lebih
pendek dari sumbu horisontal.
2. Prismatik
(prismatic) : sumbu vertikal lebih panjang dari sumbu horisontal. Sisi atas
tidak membulat.
3. Tiang
(columnar) : sumbu vertikal lebih panjang dari sumbu horisontal. Sisi-sisi atas
membulat.
4. Gumpal
bersudut (angular blocky) : sumbu vertikal sama dengan sumbu horisontal.
Sisi-sisi membentuk sudut tajam.
5. Gumpal
membulat (subangular blocky) : sumbu vertikal sama dengan sumbu horisontal.
Sisi-sisi membentuk sudut membulat.
6. Granuler
(granular) : membulat, atau banyak sisi. Masing-masing buitr ped tidak porous.
7.
Remah (crumb) : membulat atau banyak sisi, sangat porous.
Tingkat Perkembangan atau Kemantapan
Struktur
1.
Lemah : butir-buitr strukutr dapat dilihat, tetapi sudah rusak dan hancur waktu
diambil dari profil tanah untuk diperiksa.
2. Sedang
: butir-buitr struktur agak kuat dan tidak hancur waktu diambil dari profil
untuk diperiksa.
3. Kuat
: butir-butir struktur tidak rusak waktu diambil dari profil tanah dan tidak
hancur walaupun digerak-gerakkan.
Ukuran Struktur
1. Untuk
bentuk struktur lempeng, granuler dan remah :
Ø
sangat halus/tipis : < 1 mm.
Ø
halus : 1-2 mm.
Ø
sedang : 2-5 mm.
Ø
kasar/tebal : 5-10 mm.
Ø
sangat kasar : > 10 mm.
2. Untuk
bentuk struktur gumpal membulat dan gumpal menyudut :
Ø
sangat halus : < 5 mm.
Ø
halus : 5-10
mm.
Ø
sedang : 10-20 mm.
Ø
kasar : 20-50
mm.
Ø
sangat kasar : > 50 mm.
3. Untuk bentuk struktur
prismatik dan tiang :
Ø
sangat halus/tipis : < 10 mm.
Ø
halus
: 10-20 mm.
Ø
sedang : 20-50 mm.
Ø
kasar/tebal : 50-100 mm.
Ø
sangat kasar : > 100 mm.
E. Faktor yang Mempengaruhi
Pembentukan Struktur Tanah
Adapun factor – factor yang mempengaruhi pembentukan struktur tanah adalah :
1. Bahan organic
Yang mana dalam pembentukan struktur tanah ini bahan organic berfungsi sebagai perekat atau lem.
2. Aktivitas makhluk hidup
Bila didalam tanah banyak aktifitas makhluk hidupnya,maka tanah akan menjadi gembur dan akibatnya struktur tanah menjadi lemah.
3. Tekstur
Tekstur menunjukan perbandingan relatif pasir, debu dan liat dalam tanah. Tekstur juga menunjukan keadaan kasar atau halusnya suatu tanah itu,dari penjelasan diatas dilihat. hubungan antara struktur dengan tekstur tanah yaitu tekstur tanah sangat butuh peran dalam menentukan struktur tingkat kesulitan dan kemudahan daya oleh tanah dan drainase tanah. Tanah yang kemantapan rendah makin mudah diolah karena kandungan liatnya sedikit dan sebaliknya. Tekstur tanah dengan struktur tanah erat sekali hubungannya. Sebagai contohnya, bila tekstur tanahnya pasir maka struktur tanahnya granuler.
4. Perakaran
Akar berfungi untuk mendukung berdirinya tanaman dan mengangkut serta menyerap air dan zat – zat makanan dari dalam tanah. Bila akar tanaman tersebut kuat maka akan mengubah struktur dari tanah tersebut, yang semula gumpalan menjadi gumpal bersudut.
5. Organisme
Dalam hal ini sama saja dengan factor aktivitas makhluk hidup, yakni bila di dalam tanah banyak terdapat organisme maka tanah menjadi gembur dan berakibat pada struktur tanahnya yang menjadi lemah.
6. Bahan Induk
Bahan organik mempunyai sifat mengikat, memperbesar kemungkinan penggumpalan yang mencirikan pada agregat individual. Bahan organik berperan sebagai perekat partikel-partikel tanah sehingga jika bahan tersedia dalam jumlah banyak partikel tanah sehingga mudah menyatu dan dapat dibentuk srtuktur egregat yang kuat kemantapannya.
7. Erosi
Tanah selalu peka terhadap erosi air. Bahan hasil erosi mungkin diendapkan di lembah-lembah sungai untuk menjadi bahan pembentuk tanah baru, atau mungkin terangkut sampai ke laut. Sehingga bila struktur tanahnya tidak mantap maka erosi akan terjadi.
F. Faktor yang Dipengaruhi Struktur Tanah
Adapun factor – factor yang dipengaruhi struktur tanah adalah :
1. Perakaran
Misalnya bila struktur tanahnya mantap maka akar akan sulit menembus.
2. Porositas
Pori besar menyediakan aerasi, infiltrasi dan drainasi,pori sedang memberikan kemudahan bagi penghantaran air, pori kecil sebagai tandon air yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman.
3. daya menahan air
Bila strukturnya memiliki pori yang halus maka tanah memiliki daya menahan air yang lebih sedikit pula.
4. pertumbuhan tanaman
Struktur tanahnya mantap maka akar akan sulit menembus,maka pertumbuhan tanaman akan sulit dan membutuhkan pengolahan tanah yang keras.
Adapun factor – factor yang mempengaruhi pembentukan struktur tanah adalah :
1. Bahan organic
Yang mana dalam pembentukan struktur tanah ini bahan organic berfungsi sebagai perekat atau lem.
2. Aktivitas makhluk hidup
Bila didalam tanah banyak aktifitas makhluk hidupnya,maka tanah akan menjadi gembur dan akibatnya struktur tanah menjadi lemah.
3. Tekstur
Tekstur menunjukan perbandingan relatif pasir, debu dan liat dalam tanah. Tekstur juga menunjukan keadaan kasar atau halusnya suatu tanah itu,dari penjelasan diatas dilihat. hubungan antara struktur dengan tekstur tanah yaitu tekstur tanah sangat butuh peran dalam menentukan struktur tingkat kesulitan dan kemudahan daya oleh tanah dan drainase tanah. Tanah yang kemantapan rendah makin mudah diolah karena kandungan liatnya sedikit dan sebaliknya. Tekstur tanah dengan struktur tanah erat sekali hubungannya. Sebagai contohnya, bila tekstur tanahnya pasir maka struktur tanahnya granuler.
4. Perakaran
Akar berfungi untuk mendukung berdirinya tanaman dan mengangkut serta menyerap air dan zat – zat makanan dari dalam tanah. Bila akar tanaman tersebut kuat maka akan mengubah struktur dari tanah tersebut, yang semula gumpalan menjadi gumpal bersudut.
5. Organisme
Dalam hal ini sama saja dengan factor aktivitas makhluk hidup, yakni bila di dalam tanah banyak terdapat organisme maka tanah menjadi gembur dan berakibat pada struktur tanahnya yang menjadi lemah.
6. Bahan Induk
Bahan organik mempunyai sifat mengikat, memperbesar kemungkinan penggumpalan yang mencirikan pada agregat individual. Bahan organik berperan sebagai perekat partikel-partikel tanah sehingga jika bahan tersedia dalam jumlah banyak partikel tanah sehingga mudah menyatu dan dapat dibentuk srtuktur egregat yang kuat kemantapannya.
7. Erosi
Tanah selalu peka terhadap erosi air. Bahan hasil erosi mungkin diendapkan di lembah-lembah sungai untuk menjadi bahan pembentuk tanah baru, atau mungkin terangkut sampai ke laut. Sehingga bila struktur tanahnya tidak mantap maka erosi akan terjadi.
F. Faktor yang Dipengaruhi Struktur Tanah
Adapun factor – factor yang dipengaruhi struktur tanah adalah :
1. Perakaran
Misalnya bila struktur tanahnya mantap maka akar akan sulit menembus.
2. Porositas
Pori besar menyediakan aerasi, infiltrasi dan drainasi,pori sedang memberikan kemudahan bagi penghantaran air, pori kecil sebagai tandon air yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman.
3. daya menahan air
Bila strukturnya memiliki pori yang halus maka tanah memiliki daya menahan air yang lebih sedikit pula.
4. pertumbuhan tanaman
Struktur tanahnya mantap maka akar akan sulit menembus,maka pertumbuhan tanaman akan sulit dan membutuhkan pengolahan tanah yang keras.
G.
Pengaruh Struktur Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Struktur tanah berfungsi memodifikasi
pengaruh tekstur terhadap kondisi drainase atau aerasi tanah, karena susunan
antara ped atau agregat tanah menghasilkan ruang yang lebih besar ketimbang
susunan antar partikel primer. Oleh karena itu, tanah yang berstruktur baik
akan mempunya kondisi drainase dan aerasi yang baik pula, sehingga lebih
memudahkan sistem perakaran tanaman untuk berpenetrasi dan mengabsorpsi
(menyerap) hara dan air, sehingga pertumbuhan dan produksi menjadi lebih baik
(Hanafiah, 2004).
BAB
IV
PENUTUP
A
. KESIMPULAN
Struktur tanah merupakan
gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akbiat melekatnya butir-butir tanah satu
samalain. Satu unit struktur disebut ped. Apabila unit-unit struktur tersebut
tidak terbentuk maka dikatakan bahwa tanah tersebut tidak berstruktur. Dalam
hal ini ada dua kemungkinan yaitu : 1) Butir tunggal (single grain) =
butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain (contoh tanah pasir); 2) Pejal
(massive) = buitr-butir tanah melekat satu sama lain dengan kuat sehingga tidak
membentuk gumpalan-gumpalan (ped).
Profil tanah
adalah penampang melintang (vertikal) tanah yang terdiri atas lapisan tanah (solum)
dan lapisan bahan induk. Adapun solum
tanah adalah bagian dari profil tanah yang terbentuk sebagai akibat
proses pembentukan tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Baroto dan Siradz. 2006. Kandungan tanah dan air di daerah
aliran sungai code. Jurnal Ilmu Tanah 6 : 110-111
Hadi Utomo, W. 1982. Dasar-Dasr
Fisika Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya: Malang
Hartono.2007.
Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung: CV. Citra Praya.
- See more at: http://www.siswapedia.com/lapisan-lapisan-tanah-profil-dan-solum-tanah/#sthash.rJdHouQN.dpuf
Indranada, H.K. 1986. Pengelolaan Kesuburan Tanah. PT Bina
Aksari, Jakarta.
Kohnke, H. 1986. Soil Physics. Tata Mc Grow Hill Rubi Co.
Ltd, New York.
Marshall, T. J and J. W. Holmes. 1987. Soil Physics.
Cambridge University Press, New York.
Wiyono, A., Syamsul, dan E. Hanudin. 2006. Aplikasi soil
taxonomy pada tanah-tanah yang berkembang dari bentukan karst gunung kidul.
Jurnal Ilmu Tanah 6 : 13-26.
Posting Komentar