Suatu sore yang tenang
sayup-sayup dikejauhan aku melihat Mevrow sedang menggembalakan
alpaca-alpacanya,Aku penasaran lalu menghampiri dia. Mevrow menyambutku dengan
senyum lebar khasnya. Selama beberapa menit kami bercakap-cakap ringan sebagai intermezzo. Ditengah-tengah percakapan
kami, Mevrow menyela pembicaraan “Dam kau dengar ndak tadi di kota Gomorrah ada
berita menghebohkan” tanya Mevrow “Oh aku sudah dengar dari dek Sigmund, kok
bisa ya nurani manusia berbuat seperti itu,vrow?”tanyaku balik. Mevrow lalu seperti
biasanya menuturkan persoalan tersebut ala Socrates.
Menurut perspektif beliau ,kemaksiatan adalah
salah buah dari sebuah bentuk keputusasaan yang didasarkan pada sikap
pengingkaran pada kuasa illahi (Menyerah pada takdir). Pengingkaran ini
disebabkan oleh penderitaan atau tekanan negatif yang hebat pada diri seseorang
yang terjadi secara berulang-ulang (kontinyu) . “Iya juga ya ,vrow,Aku sering
membaca kisah-kisah nabi dahulu juga sering terlihat putus asa” celetukku
disela-sela “khotbah” Mevrow. “Bukan..bukan itu,dam,ini beda,nabi dahulu bukan
putus asa tetapi tawakkal”, jawab
Mevrow. Menurut pandangan Mevrow terdapat perbedaan antara putus asa dengan tawakkal (Berserah diri kepada Allah) .
Orang yang berputus asa itu mengingkari kuasa illahi dalam mengatur
kehidupan,sedangkan tawakkal itu
sebaliknya. Jadi,Orang yang tawakkal
akan berusaha keras dalam mengatasi permasalahan tanpa meninggalkan pengharapan
kepada-Nya (Roja’a),sedangkan orang yang berputus asa itu sebaliknya. “Lalu apa
dampak orang yang berputus asa,Vrow?”, sahutku.
Mevrow
kembali menjelaskan bahwa keputusasaan dapat mendatangkan 2 hal keburukan.
Dampak keputusasaan akan membuahkan Kesesatan atau kemaksiatan,atau bisa jadi
keduanya. Kesesatan itu adalah maksiat dalam berpikir, sedangkan kemaksiatan
biasanya berkaitan dengan fisik (Indrawi)
. Kesesatan pada umumnnya meracuni level orang-orang yang berilmu .Kemaksiatan
biasa menyerang orang-orang yang kekurangan ilmu atau malah melepas ilmu (menolak
kebenaran) . Jadi,menurut kesimpulan perspektif Mevrow,bahwa keputusasaan dapat
menjerumuskan manusia ke dalam jurang kesesatan dan kemaksiatan. “Ya kalau jadi
orang beragama itu yang optimis ,pesimis itu miliknya orang atheis,,gitu dam” ,pungkas
Mevrow. “Sungguh super sekali sahabatku satu ini”, sahutku sambil tertawa lepas
bersama.
Penulis : Monsieur Mevrow
Penulis : Monsieur Mevrow
Posting Komentar