Aku akan sedikit mencerikatan sepenggal cerita terbaikku. Sedih berjuta sedih, pada akhirnya perjalanan di“bengkel” dan “lumbung” ilmu ini harus berakhir. Menyisakan memori indah yang akan terus membekas sampai akhir hayat. Cerita yang terajut bak kain sutera yang halus nan indah. Alunan dawai kisah yang tak akan ada bosannya untuk terus diperdengarkan. Simfoni yang kan terus menari dalam relung-relung hati. Sepenggal episode yang mengisi hidup dan tak bisa ku ungkapkan kecuali dengan kata “wonderful”.. ah kata wonderful juga masih belum bisa menggambarkannya bagiku.        

     Rumah ini adalah tempat terbaik bagi engkau yang haus mengejar prestasi akademik,engkau yang tertarik prestasi non-akademik atau untuk engkau pula yang ingin memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik. Tempat ini serasa seperti “oase” di tengah padang gurun yang panas nan gersang. Engkau yang tak pernah meminum dari oase ini tentu akan mengatakan betapa anehnya rasa air disini. Engkau juga akan mengatakan betapa anehnya penghuni rumah ini, mungkin pula kan mengira seperti sekumpulan koloni alien yang berada pada satu tempat.. Aku katakan kalian semua salah kawan. 

     Aku katakan salah, sebab jikalau kalian sempat singgah di “bengkel” ini kalian akan mengerti siapa kalian dan apa tujuan hidup kalian. Apabila kalian rusak parah sekalipun “bengkel” ini akan siap menyambutmu dengan senyum para mekanik yang handal..ah aku yang bodoh ini sungguh telat mengerti. Tempat dimana tersesat dirasa begitu nikmat sebab engkau “tersesat di jalan yang benar”. Di “lumbung” ilmu ini engkau akan menemukan sahabat-sahabat terbaikmu yang berilmu lagi tulus  bersama-sama dalam meraih sukses dunia dan akhirat. Sungguh oase ini memberikan corak warna indah pada kehidupan setiap musafir yang pernah menyinggahinya tak terkecuali diriku.

       Qolbuku mengharu biru tatkala bunga mawar yang harum semerbak nan indah ini akhirnya layu dan pupus jua, pertanda si kumbang tak bisa lagi menghinggapinya. Sekarang hanya piringan hitam itulah yang bisa kubuka selembar demi selembar dengan sedikit bauran imaji dari kejauhan untuk menghilangkan dahaga sang musafir ini, dahaga tentang ketulusan, kebaikan, dan ilmu-ilmu kalian. Ah bodohnya aku.. kemana aku selama ini?.. ah bodohnya aku. Sekali-kali aku terbuai dalam lamunan “jikalau”, “seharusnya” dan “seandainya”, but time goes flies.                                                  

       Akupun sejenak merenungkan betapa berharganya mutiara-mutiara yang telah ku dapat. Mutiara itu adalah ilmu dan sahabat yang telah tulus memperbaiki seonggok besi karatan ini menjadi logam yang lebih bernilai. Hal yang bisa dilakukan manusia bodoh ini hanyalah sebisa mungkin menjaga serta mendoakan dalam setiap pinta agar mutiara-mutiara itu tidak hilang dan berusaha membersihkannya sebagaimana ketulusan uluran tangan mereka dahulu. Ah betapa bodohnya aku ini.. ah betapa bodohnya…                                                                                                                

Dear
Sahabat dan orang-orang yang menghiasi kisahku

Penulis : Monsieur Mevrow
15 / 7 / 2016

0 komentar:

Posting Komentar